Rahim Pengganti

Bab 158 "Gosip Terhot"



Bab 158 "Gosip Terhot"

0Bab 158      
0

Gosip Terhot      

Keduanya masuk ke dalam ruangan tersebut, semua pasang mata menatap ke arah mereka entah tatapan seperti apa yang mereka berikan tapi Acha merasa tidak nyaman dengan hal itu. Tangan Acha ditarik oleh Atha, dan hal itu semakin membuat mereka semua yang ada di sana semakin memperlihatkan sesuatu yang lebih berbeda. .     

"Jangan hiraukan mereka, ikuti seminar ini dengan baik. Atau nilai kamu akan saya berikan C," ucap Atha.      

Ancaman itu benar benar tidak bisa membuat Acha bernafas dengan lega. Dengan wajah yang sudah ditekuk Acha duduk dan diam di samping Atha menyaksikan acara yang terjadi. Hatinya kesal dan marah, dengan apa yang sudah terjadi sekarang.      

Ingin rasa nya saat ini Acha kabur dari tempat tersebut namun, diri nya bergerak sedikit saja sudah membuat Atha menatap nya dengan dingin.       

"Nggak usah pasang wajah seperti itu, saya nggak suka. Mending kamu simak materi yang di berikan, nanti kalau sudah selesai kamu rangkum semua nya," ucap Atha. Mendengar hal itu membuat, mata Acha melotot dengan sangat tajam. Wanita itu tidak salah dengar dengan perintah yang disebutkan oleh dosen nya. "Loh kok seperti itu pak? Bukan nya, nanti kita dapat soft copy, materi yang diberikan. Kenapa harus di rangkum?" protes Acha. Wanita itu tidak suka dengan perintah yang baru saja diberikan oleh Atha, dirinya tidak terima dengan hal tersebut. Rasa nya, Acha ingin menjambak rambut Atha saat ini juga.      

"Lakukan atau nilai teman sekelas kamu saya berikan C."      

Acha rasa nya benar bena ingin, melempar Atha ke sungai Amazon. Bertindak semaunya, adalah ciri khas Atha harus nya sejak awal Acha tidak boleh percaya dengan dosen nya itu.      

"Jangan mengomel di dalam hati," tegur Atha.      

Acha lalu memasang wajah kesal nya, wanita itu fokus dengan acara yang akan dimulai tak lupa wanita itu mengambil handphone nya dan mulai merekam semuanya. Dengan wajah serius, Acha mendengarkan semua materi materi yang di sampaikan bahkan wanita itu juga mencatat dengan sangat cepat membuat Acha begitu tidak peduli dengan keberadaan Atha yang sudah sejak tadi memperhatikan dirinya.      

Senyum tipis tercetak dengan sangat jelas namun, tidak ada seorang pun yang bisa melihat hal itu karena Atha hanya sekilas memamerkan senyuman nya.      

Detik, menit, jam berlalu begitu saja hingga acara yang dihadiri oleh mereka sudah selesai, Atha diajak untuk berfoto bersama berbeda dengan Acha yang masih menyelesaikan rangkuman nya. Wanita itu terlihat sangat manis, saat Atha berdiri di fodium.      

***     

"Sudah kami, save semua?" tanya Atha. Acha mengerutkan dahi nya, karena tidak mengerti dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Dosen nya itu. "Maksud bapak apa?" tanya Acha. Atha menarik nafas nya panjang, pria itu lalu menunjukkan berkas yang ada di tangan Acha, dengan lirikan mata nya, melihat arah pandang mata Atha membuat Acha ikut melirik nya. Senyum di bibir Acha terbit, "Oh iya pak, sorry. Sebentar saya pindahkan," ucap Acha.      

Pihak penyelenggara, tadi memberikan soft file kepada mereka semua yang datang untuk bisa menerima materi lebih jelas. Hal itu juga yang membuat Acha sampai kesal karena diri nya seolah seperti di kerjain oleh, Atha mengenai merangkum semua materi yang ada, dan Acha sangat tidak terima hal tersebut. Ingin marah tapi tidak bisa, karena tatapan mata yang diberikan oleh Atha bergitu membuat Acha terdiam.      

"Ambil tablet saya di dalam laci itu," tunjuk Atha ke arah tempat penyimpanan yang ada di depan Acha. Wanita itu segera membuka dan mengambil tablet yang dibutuhkan, setelah itu Atha memberitahukan kombinasi sandi, Acha bingung karena orang di sampingnya itu seolah tidak takut jika Acha melakukan sesuatu pada dirinya.      

Apa lagi tablet tersebut, sering digunakan Atha untuk mengajar. "Ini orang kenapa bisa percaya gitu sama gue, kalau tiba tiba gue hancur berkas nya gimana," batin Acha.      

"Emang nya, kamu berani menghapus semua berkas saya?" tanya Atha. Mendengar ucapan tersebut membuat Acha menoleh ke arah pria yang saat ini menatap diri nya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan yang diberikan oleh Atha, membuat Acha hanya bisa menundukkan kepala nya. Wanita itu tidak berani menatap dosen nya yang saat ini, sedang dalam mode galak.      

Tanpa banyak kata, Acha kemudian melakukan apa yang diinginkan oleh sang dosen. Wanita itu, mulai merapikan materi tersebut membuka satu folder sesuai dengan apa yang terjadi. Melakukan semua nya dengan baik dan benar, supaya bisa menghasilkan sesuai dengan keinginan Atha.      

"Kamu mau makan apa?" tanya Atha. Acha yang sibuk dengan ponsel nya menoleh ke arah sang dosen, setelah selesai dengan urusan data Acha tidak banyak berbicara, wanita itu lebih nyaman menatap dingin dibandingkan harus mengajak bicara Atha dosen galak dan semaunya itu. "Terserah bapak saja," jawab Acha. Mendapatkan jawaban seperti itu, membuat Atha sedikit kesal.      

"Tidak ada tempat makan dan jenis makanan yang bernama terserah!!"      

Acha menghela nafas nya panjang, wanita itu lalu menatap ke arah sang dosen, dengan tatapan kesal.      

"Saya ikut kemana bapak saja."      

"Jadi kalau saya aja kamu menikah, apa kamu akan terima?" tanya Atha. Acha terdiam wanita itu menatap ke arah Atha dengan tatapan yang sulit diartikan, sungguh ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Atha begitu membuat Acha syok. Wanita itu tidak mengerti dengan dosen nya yang dengan enteng mengucapkan hal tersebut.      

"Kamu tidak ada alergi makanan, kan? Kalau makan di tenda pinggir jalan bisa?" tanya Atha. Tanpa banyak berkata, Acha langsung menganggukan kepalanya, wanita itu takut jika nanti dirinya menolak maka Atha akan marah dan hal itu akan membuat posisinya sangat sulit.      

Mobil yang dikendarai oleh Atha sudah sampai di sebuah tempat, yang menurut Acha begitu sesuai dengan kantongnya. Meskipun, Acha terlahir sebagai seorang anak yang memiliki kekayaan luar biasa namun, kedua orang tua nya sering mengajarkan Acha untuk bisa hidup sederhana. Karena mereka tidak tahu, apa yang akan terjadi kedepannya.      

"Den Atha mau pesan apa?" tanya pak Maman, penjual nasi bakar yang sudah menjadi tempat langganan Atha jika diri nya sedang ingin sendirian. "Seperti biasa saja pak," jawab Atha singkat. Pak Maman segera mencatat pesanan milik Atha, sedangkan Acha masih melihat lihat menu nya.      

"Kalau si Eneng mau pesan apa?" tanya pak Maman. Acha lalu mengangkat kepala nya, wanita itu lalu menunjukkan masakan sapo tahu dan lele goreng yang merupakan makanan favorit  Acha.      

"Wah, den Atha sama si Eneng, pilihan nya sama. Eneng ini, pasti pacar nya den Atha ya? Soal nya selama bapak jual di sini, den Atha selalu sendirian tapi kali ini sama seorang wanita yang sangat cantik."      

Acha hanya memasang wajah, tidak mengerti wanita itu sangat takut mengekspresikan wajah nya, karena takut nanti Atha dosen yang begitu galak itu marah dengan nya.      

"Pak, buruan ya. Saya sudah lapar," ucap Atha. Pak Maman segera membuatkan makanan yang dipesan oleh Acha dan Atha. Dari nama mereka saja hanya beda satu huruf, hal itu membuat orang orang pasti akan mengatakan bahwa mereka jodoh.      

Kedua nya terdiam, sibuk dengan handphone mereka masing masing, hingga tak lama makanan yang dipesan oleh mereka sampai, segera kedua nya makan dalam keadaan diam, tidak ada hal yang begitu serius di lakukan oleh kedua nya.      

"Ini pak Maman buatkan spesial untuk kalian berdua, selamat makan," ucap pria yang sudah berumur tersebut. Pria tua yang begitu ramah, tempat makan nya memang kecil. Tapi selalu saja ramai, dan tidak pernah sepi hal itu terjadi karena banyak orang yang jauh jauh untuk makan di warung yang sudah berdiri hampir dua puluh tahun terakhir.      

"Kamu suka sayur?" tanya Atha. Acha menoleh dan wanita itu lalu menganggukkan kepala nya, apa yang diucapkan oleh Atha benar. Acha adalah orang yang begitu maniak akan sayuran.      

Karena sejak kecil, wanita itu sering melihat bi Juju memasak sayuran dan rasa nya sangat enak. Sejak saat itu, lah Acha jadi begitu menyukai sayur. Bahkan jika makan ke junkfood diri nya pasti memesan krim sup atau sup yang penting ada sayur atau serat serat nya.      

Setelah selesai makan, Atha lalu mengantar Acha ke rumah nya. "Rumah kamu di mana?" tanya Atha. Pria itu tetap fokus ke arah depan, tanpa menoleh ke samping. "Bapak bisa turunkan saya di halte, nanti saya bis naik busway," ucap Acha. Wanita itu tidak enak merepotkan Atha, apa lagi ketika makan tadi dirinya dibayari oleh dosen nya itu dan hal itu membuat Acha semakin tidak nyaman.     

"Sebutkan saja. Apa susahnya," ucap Atha. Nada dingin kembali terdengar dan hal itu benar benar membuat Acha terdiam, lalu wanita itu mulai menyebutkan alamat nya. Tanpa banyak bertanya lagi, Atha segera menjalankan mobil nya menuju ke rumah Acha.      

 Empat puluh lima menit, mobil yang dikendarai oleh Atha terparkir dengan sempurna di depan sebuah rumah yang tidak jauh berbeda dari rumahnya. Setelah berhenti dengan pas, Acha lalu mulai turun dari mobil. Wanita itu tak lupa mengatakan terima kasih, kepada dosen nya setelah itu Acha lalu masuk ke dalam. Sedangkan Atha tetap menunggu, setelah dirasakan bahwa mahasiswa nya itu aman, Atha segera menjalankan mobilnya dan pergi dari komplek tersebut.      

***      

Hari demi hari, kedekatan Acha dan Atha semakin menjadi, seperti saat ini Acha diminta untuk menjelaskan materi yang dirinya dapatkan ketika mengikuti seminar bersama dengan Atha.      

"Na … lo merasakan sesuatu nggak?" tanya Sekar. Gina yang berada di samping Sekar menoleh ke arah sepupu nya itu. "Apaan kak?" tanya Gina. Dewa yang berada di belakang ikut mendekatkan badan nya, entah kenapa pria yang biasanya cuek      

"Pak Atha sama Acha, kok bisa dekat seperti itu. Lo kan tahu gimana dosen kita yang satu itu, nih lihat gimana cara pak Atha natao Acha," bisik Sekar. Mendengar hal itu membuat, Gina menatap ke arah kedua orang yang ada di depan sana, Gina tersenyum jika hal itu benar ada nya itu merupakan hal yang baik. "Gak apa apa sih kak, siapa tahu Om kita itu bisa lebih lunak lah, gak kayak kanebo kering," ucap Gina. Kedua nya, saling berbisik mereka sang setuju jika apa yang terjadi diantara mereka benar benar memiliki suatu hubungan.      

Sedangkan seseorang di belakang sana, sudah mencoba menahan diri nya. Entah kenapa perasaan Dewa menjadi tidak nyaman, saat mendengar ada seseorang yang mencoba mendekati Acha. Padahal sebelumnya, Dewa hanya bersikap cuek terhadap Acha dan berusaha meminta Acha untuk menjauh.      

Itulah yang menjadi alasan, Acha pergi ke Bandung bersama dengan Sekar beberapa waktu lalu. Namun, ketika wanita itu pulang dan malahan dekat dengan salah satu dosen nya membuat, Dewa tidak rela pria itu tidak menerima hal tersebut.      

Mata kuliah yang diajarkan oleh Athalla sudah selesai, pria itu meminta mereka semua mengumpulkan tugas nya, dan siapa orang yang mengumpulkan yang membuat semua orang kaget.      

"Kenapa? Kalian keberatan?" tanya Athalla. Pria itu menatap ke arah para, mahasiswa nya yang berbisik ketika dirinya menyebutkan nama Acha untuk mengumpulkan tugas tugas mereka. "Bapak tumben meminta Acha mengumpulkan tugas? Biasa nya bapak menyuruh Gina atau Sekar? Mereka berdua sudah tidak bisa di ajak kencan lagi ya pak," ucap salah seorang mahasiswa yang memang sejak awal tidak menyukai Athalla. Semua orang yang ada di ruangan itu sudah sangat takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka hanya tidak ingin ada bangkuhatam diantara mereka semua.      

"Sudah selesai? Saya dosen di kampua ini, jadi hak saya ingin meminta siapa yang mengurus tugas tugas kalian. Alasan kenapa saya tidak meminta Gina atau Sekar karena mereka sedang disibukkan dengan urusan lain, jika kalian tidak percaya silakan hubungi BAAK untuk lebih jelas nya. Kalian sudah mahasiswa, harus nya lebih berpikir secara baik, bukan malahan seperti anak SMP yang sedang iri," ucap Athalla dengan tenang sedangkan pria itu sudah terdiam di tempat nya. Athalla lalu berjalan menuju luar, pria itu sudah berusaha untuk memendam perasaan nya supaha tidak emosi.      

"Maka nya, punya mulut di jaga. Jangan asla ceplos. Lo, kalau emang gak suka sama kita, gak gini cara nya," bentak Sekar. Sudah sejak lama, teman nya itu memang sering berbuat seperti itu menyindir Gina dan Sekar. Namun, selama ini Gina selalu mengatakan untuk sabar sabar dan sabar saja.      

***      

Tok      

Tok      

Tok      

Acha mengetikan pintu ruangan Athalla, gadis itu merasa takut masuk ke dalam ruangan dosen nya, bukan karena takut Athalla marah tapi karena tidak mau membuat pandangan orang lain buruk terhadap diri nya, dan hal itu benar benar membuat Acha tidak berani.      

"Masuk!!" sebuah teriakan terdengar dengan sangat jelas, Acha lalu membuka pintu ruangan Athalla dan masuk, hal pertama yang dilihat oleh Acha adalah dosen nya itu sedang duduk dan menatap ke arah laptop nya, melihat hal itu Acha lalu berjalan  mendekati meja Atha.      

"Maaf pak, ini saya mau mengantarkan tugas tugas kami," ucap Acha.      

"Letakkan diatas meja saja," jawab Atha dengan nada dingin. Mendengar hal itu membuat Acha terdiam sesaat lalu, gadis itu mulai meninggalkan ruangan Atha, tanpa berkata sedikitpun. Setelah Acha keluar Atha menghela nafas nya, pria itu terlihat sangat kesal dengan apa yang terjadi tadi di dalam kelas nya.      

Sungguh, kalau diri nya tidak menahan kekesalan, mungkin anak yang sudah menghina diri nya tadi sudah dikeluarkan dari kampus ini.      

Sedangkan Acha berjalan biasa saja, gadis itu berusaha bersikap biasa saat ini. Acha berjalan menemui para sahabat nya yang sudah menunggu di kantin.      

"Cha!!" panggil Akbar. Acha lalu berjalan mendekati meja ke empat teman nya. "Gimana udah lo kumpul?" tanya Sekar.      

"Udah." Mendengar jawaban singkat dari Acha membuat Sekar dan Gina saling memandang. Kedua nya sangat yakin, ada sesuatu hal terjadi diantara mereka sehingga membuat sikap Acha dan om Atha sedikit berbeda. Baru saja Gina ingin bertanya sebuah panggilan dari Atha, segera Gian mengangkat panggilan tersebut.      

"Hallo."      

"Kamu di mana?" tanya Atha.      

"Di kantin."      

"Oke. Jangan sebut nama saya, pura pura saja kamu sedang ditelpon orang lain," ucap nya. Mendengar hal itu, membuat Gina tersenyum jahil.      

"Loh kenapa seperti itu, bukan nya bagus kalau di sebut." .     

"Na … saya sedang tidak mau berdebat. Jadi tolong untuk tidak, membantah semua perkataan saya," ucap Atha lagi, pria itu sudah sangat pusing dengan semua keadaan yang ada, dan hal itu membuat Atha tidak suka dalam posisi seperti saat sekarang.      

"Oke … oke … oke … ada apa?" tanya Gina.      

"Tolong pastikan Acha makan dengan baik."      

"Weh … ada apa ini, apa yang tidak saya ketahui," ucap Gina. Sambil menatap ke arah Sekar dengan senyum penuh arti. Melihat Gina seperti itu, Sekar langsung memasang wajah penasaran. Kakak sepupu Gina itu sangat lah, kepo dalam segala hal. Hal itu lah terkadang, membuat Gina dan Acha geleng geleng kepala menatap ke arah Sekar.      

"Tolong … jangan membantah."      

Setelah mengatakan hal itu panggilan tersebut di matikan, Gina semakin penasaran dengan  apa yang terjadi sebelumnya sedangkan Sekar sudah menatap ke arah Gina dengan tatapan penuh tanya.      

"Nanti gue cerita kak," ucap Gina. Sekar menganggukan kepalanya, sesuai dengan perintah Atha, Gina mulai mengajak semua sahabat nya untuk makan. Alih alih diri nya yang traktir, kesempatan baik ini tidak mungkin di lewatkan oleh Gina.      

Kapan lagi diri nya, bisa membuat uang Atha habis hanya dengan membayar makanan mereka yang tidak banyak ini, hal ini juga tidak membuat Atha menjadi bangkrut.      

Saat pulang, Sekar menyerang Gina dengan banyak pertanyaan mereka berdua baru saja mengantar Acha kembali ke rumah nya, dan hal itu juga atas permintaan Atha. Karena hal tersebut, membuat Gina semakin penasaran dengan hubungan apa yang terjadi diantara mereka berdua. Hubungan yang membuat Gina curiga, dan hal apa yang sudah terjadi di antara kedua nya.      

"Lo harus cerita Na. Jangan menunda nunda lagi, lo kalau gak cerita gue gigit ya Na," ucap Sekar.      

Wanita itu jika sudah kepo dengan suatu urusan akan bersikap seperti saat ini, dan benar saja hal itu membuat Gina tertawa.      

"Bentar kak, gue mau ketawa dulu. Astaga," ucap Gina yang disertai dengan ketawa yang begitu keras. Di dalam mobil sambil menyetir Gina tertawa dengan sangat lepas, sedangkan Sekar sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi.      

Saat lampu mereka menyala, Gina mulai menceritakan semua nya. Sekara sudah melotot dengan sangat tajam ketika mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Gina.      

"Fix ada yang nggak beres ini na. Tapi kalau pun Om Atha memiliki hubungan dengan Acha. Lo setuju nggak Na?" tanya Sekar. Wanita itu selalu berpikir berlebih, Tante Siska saja sebagai ibu nya sering pusing dengan sikap sang anak apa lagi dengan Gina.      

"Setuju … setuju aja sih kak. Toh jarak usia gak jauh jauh amat, status sosial juga, jadi menurut gue oke lah. Cuma apa Acha udah melupakan Dewa, lo kan tahu kak gimana bucin nya teman kita itu. Terus Om Atha udah move on juga belum ya dari nenek sihir itu," ucap Gina.      

Kedua orang itu saling menerka nerka hubungan apa yang terjadi di antara kedua nya dan akibat pemikiran itu, mereka mengambil suatu kesimpulan yang belum tentu baik dan benar. .     

***      

Gina hari ini pulang sore, karena diri nya harus mengantarkan kedua sahabat itu, tak lupa jika sudah mampir di rumah Tante Siska maka Gina akan lama. Wanita itu bahkan sudah menghabiskan satu toples kue kering yang dibeli oleh Elang khusus untuk Gina.      

Elang begitu menyayangi Guna, sama hal nya dengan Sekar. Pria itu bahkan bukan hanya memiliki 2 orang anak tapi enam anak. Salah satu nya adalah Akbar yang juga sudah seperti anak nya sendiri. Di saat Bagas tidak mau bermain catur dengan Elang maka ada Akbar yang akan menjadi tumbalnya.      

"Loh Mas udah pulang?" tanya Gina saat masuk ke dalam rumah mau, melihat keberadaan Daffa. Suaminya itu tersenyum lalu menepuk sofa meminta istri nya itu untuk duduk di samping nya. "Kamu dari mana aja, kenapa baru pulang jam segini," ucap Daffa. Pria itu sudah membelai rambut istri nya, aroma yang begitu enak. Meskipun seharian ini Gina begitu aktif tapi aroma parfum yang di gunakan oleh wanita itu sangat lah harum sampai detik ini.      

"Tadi antar Acha sama kak Sekar dulu Mas, eh sampai sana ada om Elang dan Tante Siska jadi main bentaran sekalian menghabiskan kue kering mereka," ucap Gina.      

"Nanti Tante Siska marah loh sayang, kalau kamu menghabiskan makanannya."      

"Gak bakalan kok Mas. Karena kue kering itu, emang disiapkan untuk aku. Sama sih Mas kayak kak Sekar dan Bagas kalau ke rumah bunda pasti sudah menyiapkan banyak hal untuk mereka."      

"Ha ha ha, eh tapi tumben juga kamu antar Acha. Oh ya, ada hubungan apa Acha dengan Dewa?" tanya Daffa. Pria itu sudah begitu penasaran sejak kemarin, karena bagi diri nya ada sedikit perubahan sikap yang dilakukan oleh Dewa.      

"Acha itu suka sama Dewa, tapi Dewa seolah memberikan suatu harapan hingga beberapa Minggu lalu, Dewa seolah meminta Acha untuk berhenti berharap. Acha memang mengatakan kalau, disaat dirinya berjuang dan Dewa meminta nya berhenti maka Acha berhenti, dan terbukti sekarang Acha sudah berhenti memperhatikan Dewa."      

Gina menceritakan banyak hal, wanita itu juga membicarakan bagaimana cara Atha tadi kepada Acha. Banyak hal yang di curahkan oleh Gina, sedangkan Atha hanya tersenyum, pria itu begitu bahagia melihat istrinya yang begitu semangat bercerita tentang semua kegiatan mereka hari ini.      

###      

Selamat membaca dan terima kasih.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.